Teropongjateng, Yogyakarta - Isu persoalan lingkungan hidup, seringkali hilang dari perhatian, padahal ini sangat berkaitan erat dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Ketua AMSI ( Asosiasi Media Siber Indonesia ) periode 2017-2022, Wenseslaus Manggut menyatakan bahwa sangat penting untuk mengawal setiap isu lingkungan yang terjadi. Media harus memiliki peran untuk bisa mengedukasi para pembacanya.
"Seperti polusi udara. Apa polusi udara di Jakarta dua tahun lalu tidak ada? Pasti ada. Tapi sekarang baru jadi boom! Baru semua orang mengeluhkan. Semestinya fungsi media adalah untuk mengingatkan bahwa ada masalah penting. Jangan sampai baru terjadi baru kemudian panik," ungkap pria yang akrab disapa Wens.
Persoalan pelik menjadi isu penting yang dibahas dalam Green Growth Journalism yang diselenggarakan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) dan BBC Media Action, yaitu pelatihan jurnalistik bagi jurnalis dari berbagai wilayah se-Indonesia selama 11-13 September 2023 di Yogyakarta.
Baca Juga: Presiden Jokowi : Teruslah Mencari Peluang Ditengah Krisis Dunia Saat Ini
Selama ini pihaknya melihat yang terjadi seringkali media terpaku pada trending. Penting dan wajar demi mengejar traffic dan jumlah pembaca. Sayangnya hal ini justru menjadikan isu lingkungan sebagai isu penting yang ditelantarkan.
Memasuki tahun 2024 isu lingkungan seringkali kalah dengan isu politik, persoalan kemiskinan, pengangguran, politik dalam ekosistem trend pemberitaan.
"Untuk itu pentingnya jurnalis membuat konten yang memiliki unsur proximity, atau dibuat sedekat mungkin dengan pembaca," tambahnya lagi.
Baca Juga: Organisasi Meteorologi Dunia Perkirakan Peringatan Dini Banjir Libya Tak Berfungsi
Pemateri lainnya yaitu I Nengah Muliarta, jurnalis senior yang aktifis lingkungan menyebut bahwa sudut pandang isu lingkungan selalu dapat dikaitkan dengan berbagai bidang.
"Wartawan lifestyle sekalipun bisa membuat berita soal isu lingkungan. Misal soal sampah makanan di restoran jadi food waste, dalam jumlah besar menjadi gas metana yang merusak lapisan ozon," jelasnya.
Menulis berita tentang lingkungan hidup jelas berbeda dengan straight news. Karena membutuhkan data serta analisis yang kuat, karena itu tentu membutuhkan waktu.
Baca Juga: Hingga Kini Bantuan Pasokan Air Bersih Untuk Warga Grobogan Masih Bertambah
Dikatakannya jurnalisme lingkungan melibatkan penelitian, verifikasi, penulisan, produksi, dan penyiaran berita atau cerita tentang lingkungan kepada publik. Sebagai jurnalis pun harus memiliki pengetahuan yang kuat tentang lingkungan. (ido)***
Artikel Terkait
Selama Kemarau Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Kota Semarang, Naik Drastis
Sebagai Dampak Kemarau,Ketika Mata Mulai Kering, Segera Tetesi Dengan Obat
Kemarau Membuat Panenan Madu Liar Di Hutan Wonosobo Turun
3 Tips Kewaspadaan Berkendara Di Musim Kemarau. Salah satu Resiko Kecelakaan
Umbul Senjoyo Masih Mampu Mengalir Ditengah Kondisi Kemarau